Sabtu, 27 September 2014

KEBUDAYAAN TORAJA


TUGAS MATA KULIAH ANTROPOLOGI

TOBIANTO MANGAPAN
K11113319
KESEHATAN MASYARAKAT
FKM UNHAS
2013


SEKILAS TENTANG BUDAYA TORAJA

                                  





SEKILAS TENTANG  KEBUDAYAAN TORAJA
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

     Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia
Kondisi lingkungan alam di Toraja dapat dilihat dari perbukitan hijau eksotis berpadu dengan punggung bukit bergerigi serta tebing bebatuan tegak kokoh menantang. Dan begitu banyak bukit cadas berdiri menjulang, berserak di hamparan bukit dan hutan, seolah mengabarkan bahwa memang Tuhan menganugrahkan kecantikan pada kawasan ini.
Di Tanah Toraja  terdapat beberapa kesenian yang dapat memberikan suatu pengetahuan secara tak langsung tentang adat dan istiadat serta pengetahuan tentang sejarah Tanah Toraja. Diantaranya adalah seni ukir, (seperti tau tau atau patung,ukiran kayu,dll), kain tenun, seni tari(seperti tari pa’gelluk, pa’ randing,ma’ badong, ma’ bugi’ dan masih banyak lagi).
        Upacara adat di Toraja ada dua yaitu, rambu SOLO’ dan rambu TUKA’.
⩥ .Upacara Adat Rambu Solo ,sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian, karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini lengkapi, jika tidak orang itu masih di anggap sakit atau lemah, sehingga masih diperlakukan seperti orang hidup dengan di baringkan di tempat tidur ,dan sampai masih diberi makan, dan diajak bicara oleh para penghuni rumah bahkan tamu.
     Upacara Rambu Solo menjadi sebuah “kewajiban" dan ini akan menentukan posisi arwah orang yang meninggal tersebut, apakah sebagai arwah gentayangan (bombo), arwah yang mencapai tingkat dewa (to-membali puang), atau menjadi dewa pelindung (deata).
    Dan upacara ini menentukan pula status sosial keluarga yang meninggal, kalau datang dari keluarga bangsawan, jumlah kerbau yang disembelih berkisar antara 24-100 ekor, sedangkan warga golongan menengah berkisar 8 ekor kerbau ditambah 50 ekor babi.
    Dulu, upacara ini hanya mampu dilaksanakan oleh keluarga bangsawan. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi, strata sosial tidak lagi berdasarkan pada keturunan atau kedudukan, melainkan berdasarkan tingkat pendidikan dan kemampanan ekonomi.
    Puncak dari upacara Rambu Solo yaitu upacara rante, upacara rante dilaksanakan di suatu lapangan khusus dengan proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao).
    Di dalam proses pemakaman jenazah di pertontonkan Adu kerbau (mappasilaga tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih. . Kerbau yang  dalam acara ini adalah kerbau kerbau dari keluarga ,meskipun juga ada kerbau aduan yang datang mencari tantangan atau lawan, bahkan ada juga yang untuk dites kemampuannya
   Cara sembelih kerbau dilakukan dengan cara sekali tebas pada leher kerbau. Sudah menjadi ciri khas masyarakat tana toraja dan kerbaunya yang disembelih tidak sembarangan melaikan kerbau bule (tedong bonga) yang harganya cukup mahal sampai dengan ratusan  juta perekor.
   Dalam upacara tersebut juga dipentaskan beberapa musik tradional, seperti pa‘pompan, pa‘dali-dali dan unnosong; serta beberapa tarian, seperti pa‘badong, pa‘dondi, pa‘randing, pa‘katia, pa‘papanggan, passailo dan pa‘pasilaga tedong.
      Pada keadaan tersebut biasanya dilakukan pada musim libur seperti , bulan desember dan bulan juni , dan semua keluarga yang ada diperantaun datang untuk menghadiri acara tersebut . .
 Upacara Adat Rambu Tuka’ adalah acara yang berhubungan dengan acara  syukuran misalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat atau tongkonan baru, atau selesai direnovasi. yang menghadirkan semua rumpun keluarga. Semua Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
    Dalam upacara adat Rambu Tuka’ diikuti oleh seni tari : Pa’ Gellu, Pa’ Boneballa, Gellu Tungga’, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake, Memanna, Maluya, Pa’Tirra’, Panimbong dan lain-lain.
    Untuk seni musik yaitu Pa’pompang, pa’Barrung, Pa’pelle’. Seni Musik dan seni tari yang ditampilkan dalam upacara adat Rambu Solo’ tidak boleh (tabu) ditampilkan pada upacara adat Rambu Tuka’ inilah dua adat upacara yang di kenal di tana toraja dari dulu sampai sekarang masih dipertahankan.
   Ada lagi satu upacara yaitu upacara ma’ nene’. Yang merupakan sebuah acara keluarga untuk mengenang kembali keluarga yang telah meninggal beberapa tahun lalu untuk didandani dengan cara mengganti pakaian dan petinya. Biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali. Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu selesai panen.
Orang orang Toraja percaya bahwa dengan menghormati orang yang telah meninggal , kita bisa mendapat berkah darinya dan selalu diberi rezeki serta kesuburan tanah, dan juga kita selalu dilindungi oleh roh orang yang telah meninggal agar terhindar dari nasib buruk.
      Itulah yang bisa saya sampaikan tentang budaya toraja. Sebenarnya masih banyak yang belum tersampaikan namun jika ingin mengetahuinya lebih lanjut silahkan datang ke Toraja.
     Sisi lain dari toraja yaitu objek wisatanya, antar lain:
1.    Kuburan Bukit Cadas Lemo adalah situs pemakaman purba bagi kepala-kepala suku toraja yang terletak di utara makale dengan jarak 9 kilometer dari makale di kecamatan makale utara dimana di deretan situs ini terdapat deretan tau-tau (patung patung) sebagai simbol dari orang-orang yang telah di makamkan.
2.    Kuburan Bukit Cadas Londa adalah kuburan disisi karang yang terjal ini salah satu sisi dari kuburan yang berada diketinggian bukit yang di mana , karang yang terjal ini mempunyai gua yang dimana di dalam gua itu peti-peti mayat diatur berdasarkan garis keluarga.
3.     Kuburan Bukit Cadas Suaya adalah merupakan situs pemakam raja-raja Sangalla dan tetap digunakan sampai sekarang. Kuburan ini berada di dinding bukit cadas yang dipahat.
4.     Kuburan Gua Tampangallo adalah sebuah kuburan goa alam yang terletak di Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan Erong, puluhan Tau-tau dan ratusan tengkorak serta tulang belulang manusia. Pada sekitar abad XVI oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bualaan memilih goa Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia, sebagai perwujudan dari janji dan sumpah suami istri yakni "sehidup semati satu kubur kita berdua". Goa Tampang Alllo berjarak 19 km dari Rantepao dan 12 km dari Makale.
5.    Kuburan Batang Pohon Kambira adalah  suatu Kuburan bayi yang ada di kambira, bayi  yang di kuburkan adalah bayi yang giginya belum tumbuh dan dikuburkan tampa dibungkus. Bayi yang meninggal ini dikuburkan di dalam sebuah lubang yang benama pohon Tarra dengan maksud agar mirip dengan rahim ibu karena di pohon ini banyak getah dengan maksud pengganti air susu ibu dan supaya bayi-bayi yang akan lahir kemudian bisa selamat, lubang pohon ini berdiameter sekitar 80 – 100 cm sampai 300 cm dan ditutup dengan ijuk pohon enau. Pemakaman ini hanya dilakukan oleh orang Toraja pengikut Aluk Todolo (kepercayaan kepada leluhur). Pelaksanaan Upacara secara sederhana dan bayi yang di kubur berdasarkan strata sosial , semakin tinggi bayi itu di kubur maka makin tinggi pula strata sosial keluarganya.
6.    Kuburan Gantung Palatokke adalah kuburan gantung yang berlokasi di labo. Ceritanya dahulu ada seorang pria (pala tokke) yang memiliki kesaktian akibat kesaktiannya,  ia bisa  memanjat tebing dengan cara merangkak untuk kemudian membuat lubang pada tebing yang digunakan untuk menancapkan kayu sebagai penahan erong atau peti mayat purba. Atas jasanya maka kuburan ini kemudian diberi nama palatokke oleh masyarakat.
7.     Kompleks Tongkonan Kete Kesu’ adalah kompleks miniatur dengan deretan rumah-rumah tongkonan dan lumbung-lumbungnya yang menjadi warisan budaya toraja..
8.    Kompleks Tongkonan Siguntu’ adalah tongkonan ini bisa dibilang sebagai tongkonan tertua yang terletak di dusun kadudung desa nonongan kecamatan Sanggalangi’ yang Jaraknya sekitar lima kilometer sebelah selatan kota Rantepao atau 14 kilometer sebelah utara kota Makale. dibangun oleh Tongdiseru, suami Tikee Rante. Tongkonan itu sudah diwariskan selama enam generasi. Pemilik tongkonan ini terpandang di Toraja. Semula, tongkonan ini bernama Tongkonan Tirorano karena pertama didirikan di Tirorano. Akibat roboh para keturunanya mendirikannya kembali di Siguntu dan para keterunannya berusaha menjaga keaslian tongkonan ini dengan beratap rumbai, dengan bahan kayu terbaik, serta ornamen ukiran dan tanduk binatang sebagai lambang kebesaran. mulai di buka utuk umum tahun 1973 pada acara mangrara banua sura’.
9.    Kampung Megalit Bori’ adalah  Bori terletak sekitar lima kilometer sebelah utara Rantepao, komplek situs jaman purba yang masih ada dimana terdapat bebatuan yang besar yang dipenuhi oleh lubang-lubang peti mati dengan ukuran 2x2 meter, proses pembuatannya bisa memakan waktu 1 tahun, situs ini berbentuk bebatuan yang besar dan menjulang tinggi dan diperuntukkan untuk pekuburan bagi keluarga yang meninggal.
10.   Museum Buntu Kalando adalah bekas istana raja Sangalla’,. museum ini diresmikan pada 29 Juli 1980 dan terdapat lima lumbung padi sebagai ciri istana/rumah adat Toraja didalam museum ini ada banyak peninggalan raja seperti koleksi arkeologi, keramik, dan seni rupa.
11.  Arung Jeram Sungai Sa'dan adalah sungai terbesar di Toraja, Lebarnya rata-rata 80 meter dengan panjang mencapai 182 km. Menjulur berliku dari dataran tinggi pegunungan Latimojong ke arah Kabupaten Pinrang di barat daya Kabupaten Tana Toraja.
12. Pemandian Alami Tilanga adalah objek wisata pemandian yang didalamnya ada ikan-ikan dan belut karena airnya yang jernih makanya airnya di pakai oleh PAM untuk penduduk makale dan sekitarnya dan ini menandakan ketenangan tempat ini.
13.  Pemandian air panas Makula’adalah sebuah tempat pemandian  umum yang airnya  benar benar panas yang  berasal dari sumber mata air panas yang ditampung dalam kolam.
Itulah beberapa objek wisata yang dapat dinikmati di toraja.
        Sekarang yang saya akan bagikan yaitu tentang keadaan orang toraja. Pada masyarakat toraja, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, oleh sebab itu makanan utama orang toraja adalah nasi. Kali saya akan menceritakan tentang makanan khas dari toraja.
     Makanan pokok orang toraja pada zaman dahulu adalah hasil kebun, namun sudah jarang orang toraja yang berkebun, dan mereka lebih memilih bertani. Makanan yang menjadi khas dari toraja adalah sebagai berikut:
1.    Pa'piong
Makanan ini biasanya terbuat dari daging babi, ayam, ikan dan beras cara masaknya tinggal masukkan daging yang telah dibumbui kedalam bambu kemudian dibakar.
-  Untuk Pa'piong (Babi) Makanan ini adalah makanan terbuat dari babi yang dicampur dengan sedikit rempah-rempah bersama dengan lombok katokkon(cabe asli Toraja). dan uniknya di masak dengan menggunakan bambu dan yang kemudian di panggang.
-  Sedangkan untuk Pa’piong manuk (ayam), Makanan ini adalah makanan yang terbuat dari ayam yang juga dicampur dengan rempah-rempah.Proses pembuatannya sama dengan pa’piong babi, juga di masak dalam bambu, yang kemudian di panggang.
2.    Pantollo’pamarasan
      Pantollo’ pamarasan merupakan masakan khas Toraja yang terbuat dari daging babi yang diolah dengan pamarasan (rawon) yang dicampur dengan sedimikian rupa menggunakan rempah-rempah khas Toraja.Makanan ini biasanya disajikan dalam acara-acara adat masyarakat Toraja.Selain dimasak dengan menggunakan daging babi, Tollo’pamarasan juga bisa diolah juga dengan belut dan ikan.
3.    Deppa Tori'
Makanan ini merupakan kue khas Tana Toraja selain bentuknya yang unik, rasanya juga tidak kalah dengan Kue dari Kuliner lainnya. Bahan utamanya tidak jauh dari beras, yaitu tepung beras, gula merah dan dibubuhi wijen diatasnya.
4.    Terakhir adalah kopi toraja yang sudah terkenal sampai luar negeri.
 Sekian yang saya sampaikan tentang budaya Toraja, semoga bermanfaat tulisan saya ini. Terima kasih.
                                        KURRE SUMANGA’
                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar