Sabtu, 27 September 2014

KEBUDAYAAN TORAJA


TUGAS MATA KULIAH ANTROPOLOGI

TOBIANTO MANGAPAN
K11113319
KESEHATAN MASYARAKAT
FKM UNHAS
2013


SEKILAS TENTANG BUDAYA TORAJA

                                  





SEKILAS TENTANG  KEBUDAYAAN TORAJA
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

     Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia
Kondisi lingkungan alam di Toraja dapat dilihat dari perbukitan hijau eksotis berpadu dengan punggung bukit bergerigi serta tebing bebatuan tegak kokoh menantang. Dan begitu banyak bukit cadas berdiri menjulang, berserak di hamparan bukit dan hutan, seolah mengabarkan bahwa memang Tuhan menganugrahkan kecantikan pada kawasan ini.
Di Tanah Toraja  terdapat beberapa kesenian yang dapat memberikan suatu pengetahuan secara tak langsung tentang adat dan istiadat serta pengetahuan tentang sejarah Tanah Toraja. Diantaranya adalah seni ukir, (seperti tau tau atau patung,ukiran kayu,dll), kain tenun, seni tari(seperti tari pa’gelluk, pa’ randing,ma’ badong, ma’ bugi’ dan masih banyak lagi).
        Upacara adat di Toraja ada dua yaitu, rambu SOLO’ dan rambu TUKA’.
⩥ .Upacara Adat Rambu Solo ,sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian, karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini lengkapi, jika tidak orang itu masih di anggap sakit atau lemah, sehingga masih diperlakukan seperti orang hidup dengan di baringkan di tempat tidur ,dan sampai masih diberi makan, dan diajak bicara oleh para penghuni rumah bahkan tamu.
     Upacara Rambu Solo menjadi sebuah “kewajiban" dan ini akan menentukan posisi arwah orang yang meninggal tersebut, apakah sebagai arwah gentayangan (bombo), arwah yang mencapai tingkat dewa (to-membali puang), atau menjadi dewa pelindung (deata).
    Dan upacara ini menentukan pula status sosial keluarga yang meninggal, kalau datang dari keluarga bangsawan, jumlah kerbau yang disembelih berkisar antara 24-100 ekor, sedangkan warga golongan menengah berkisar 8 ekor kerbau ditambah 50 ekor babi.
    Dulu, upacara ini hanya mampu dilaksanakan oleh keluarga bangsawan. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi, strata sosial tidak lagi berdasarkan pada keturunan atau kedudukan, melainkan berdasarkan tingkat pendidikan dan kemampanan ekonomi.
    Puncak dari upacara Rambu Solo yaitu upacara rante, upacara rante dilaksanakan di suatu lapangan khusus dengan proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao).
    Di dalam proses pemakaman jenazah di pertontonkan Adu kerbau (mappasilaga tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih. . Kerbau yang  dalam acara ini adalah kerbau kerbau dari keluarga ,meskipun juga ada kerbau aduan yang datang mencari tantangan atau lawan, bahkan ada juga yang untuk dites kemampuannya
   Cara sembelih kerbau dilakukan dengan cara sekali tebas pada leher kerbau. Sudah menjadi ciri khas masyarakat tana toraja dan kerbaunya yang disembelih tidak sembarangan melaikan kerbau bule (tedong bonga) yang harganya cukup mahal sampai dengan ratusan  juta perekor.
   Dalam upacara tersebut juga dipentaskan beberapa musik tradional, seperti pa‘pompan, pa‘dali-dali dan unnosong; serta beberapa tarian, seperti pa‘badong, pa‘dondi, pa‘randing, pa‘katia, pa‘papanggan, passailo dan pa‘pasilaga tedong.
      Pada keadaan tersebut biasanya dilakukan pada musim libur seperti , bulan desember dan bulan juni , dan semua keluarga yang ada diperantaun datang untuk menghadiri acara tersebut . .
 Upacara Adat Rambu Tuka’ adalah acara yang berhubungan dengan acara  syukuran misalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat atau tongkonan baru, atau selesai direnovasi. yang menghadirkan semua rumpun keluarga. Semua Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
    Dalam upacara adat Rambu Tuka’ diikuti oleh seni tari : Pa’ Gellu, Pa’ Boneballa, Gellu Tungga’, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake, Memanna, Maluya, Pa’Tirra’, Panimbong dan lain-lain.
    Untuk seni musik yaitu Pa’pompang, pa’Barrung, Pa’pelle’. Seni Musik dan seni tari yang ditampilkan dalam upacara adat Rambu Solo’ tidak boleh (tabu) ditampilkan pada upacara adat Rambu Tuka’ inilah dua adat upacara yang di kenal di tana toraja dari dulu sampai sekarang masih dipertahankan.
   Ada lagi satu upacara yaitu upacara ma’ nene’. Yang merupakan sebuah acara keluarga untuk mengenang kembali keluarga yang telah meninggal beberapa tahun lalu untuk didandani dengan cara mengganti pakaian dan petinya. Biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali. Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu selesai panen.
Orang orang Toraja percaya bahwa dengan menghormati orang yang telah meninggal , kita bisa mendapat berkah darinya dan selalu diberi rezeki serta kesuburan tanah, dan juga kita selalu dilindungi oleh roh orang yang telah meninggal agar terhindar dari nasib buruk.
      Itulah yang bisa saya sampaikan tentang budaya toraja. Sebenarnya masih banyak yang belum tersampaikan namun jika ingin mengetahuinya lebih lanjut silahkan datang ke Toraja.
     Sisi lain dari toraja yaitu objek wisatanya, antar lain:
1.    Kuburan Bukit Cadas Lemo adalah situs pemakaman purba bagi kepala-kepala suku toraja yang terletak di utara makale dengan jarak 9 kilometer dari makale di kecamatan makale utara dimana di deretan situs ini terdapat deretan tau-tau (patung patung) sebagai simbol dari orang-orang yang telah di makamkan.
2.    Kuburan Bukit Cadas Londa adalah kuburan disisi karang yang terjal ini salah satu sisi dari kuburan yang berada diketinggian bukit yang di mana , karang yang terjal ini mempunyai gua yang dimana di dalam gua itu peti-peti mayat diatur berdasarkan garis keluarga.
3.     Kuburan Bukit Cadas Suaya adalah merupakan situs pemakam raja-raja Sangalla dan tetap digunakan sampai sekarang. Kuburan ini berada di dinding bukit cadas yang dipahat.
4.     Kuburan Gua Tampangallo adalah sebuah kuburan goa alam yang terletak di Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan Erong, puluhan Tau-tau dan ratusan tengkorak serta tulang belulang manusia. Pada sekitar abad XVI oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bualaan memilih goa Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia, sebagai perwujudan dari janji dan sumpah suami istri yakni "sehidup semati satu kubur kita berdua". Goa Tampang Alllo berjarak 19 km dari Rantepao dan 12 km dari Makale.
5.    Kuburan Batang Pohon Kambira adalah  suatu Kuburan bayi yang ada di kambira, bayi  yang di kuburkan adalah bayi yang giginya belum tumbuh dan dikuburkan tampa dibungkus. Bayi yang meninggal ini dikuburkan di dalam sebuah lubang yang benama pohon Tarra dengan maksud agar mirip dengan rahim ibu karena di pohon ini banyak getah dengan maksud pengganti air susu ibu dan supaya bayi-bayi yang akan lahir kemudian bisa selamat, lubang pohon ini berdiameter sekitar 80 – 100 cm sampai 300 cm dan ditutup dengan ijuk pohon enau. Pemakaman ini hanya dilakukan oleh orang Toraja pengikut Aluk Todolo (kepercayaan kepada leluhur). Pelaksanaan Upacara secara sederhana dan bayi yang di kubur berdasarkan strata sosial , semakin tinggi bayi itu di kubur maka makin tinggi pula strata sosial keluarganya.
6.    Kuburan Gantung Palatokke adalah kuburan gantung yang berlokasi di labo. Ceritanya dahulu ada seorang pria (pala tokke) yang memiliki kesaktian akibat kesaktiannya,  ia bisa  memanjat tebing dengan cara merangkak untuk kemudian membuat lubang pada tebing yang digunakan untuk menancapkan kayu sebagai penahan erong atau peti mayat purba. Atas jasanya maka kuburan ini kemudian diberi nama palatokke oleh masyarakat.
7.     Kompleks Tongkonan Kete Kesu’ adalah kompleks miniatur dengan deretan rumah-rumah tongkonan dan lumbung-lumbungnya yang menjadi warisan budaya toraja..
8.    Kompleks Tongkonan Siguntu’ adalah tongkonan ini bisa dibilang sebagai tongkonan tertua yang terletak di dusun kadudung desa nonongan kecamatan Sanggalangi’ yang Jaraknya sekitar lima kilometer sebelah selatan kota Rantepao atau 14 kilometer sebelah utara kota Makale. dibangun oleh Tongdiseru, suami Tikee Rante. Tongkonan itu sudah diwariskan selama enam generasi. Pemilik tongkonan ini terpandang di Toraja. Semula, tongkonan ini bernama Tongkonan Tirorano karena pertama didirikan di Tirorano. Akibat roboh para keturunanya mendirikannya kembali di Siguntu dan para keterunannya berusaha menjaga keaslian tongkonan ini dengan beratap rumbai, dengan bahan kayu terbaik, serta ornamen ukiran dan tanduk binatang sebagai lambang kebesaran. mulai di buka utuk umum tahun 1973 pada acara mangrara banua sura’.
9.    Kampung Megalit Bori’ adalah  Bori terletak sekitar lima kilometer sebelah utara Rantepao, komplek situs jaman purba yang masih ada dimana terdapat bebatuan yang besar yang dipenuhi oleh lubang-lubang peti mati dengan ukuran 2x2 meter, proses pembuatannya bisa memakan waktu 1 tahun, situs ini berbentuk bebatuan yang besar dan menjulang tinggi dan diperuntukkan untuk pekuburan bagi keluarga yang meninggal.
10.   Museum Buntu Kalando adalah bekas istana raja Sangalla’,. museum ini diresmikan pada 29 Juli 1980 dan terdapat lima lumbung padi sebagai ciri istana/rumah adat Toraja didalam museum ini ada banyak peninggalan raja seperti koleksi arkeologi, keramik, dan seni rupa.
11.  Arung Jeram Sungai Sa'dan adalah sungai terbesar di Toraja, Lebarnya rata-rata 80 meter dengan panjang mencapai 182 km. Menjulur berliku dari dataran tinggi pegunungan Latimojong ke arah Kabupaten Pinrang di barat daya Kabupaten Tana Toraja.
12. Pemandian Alami Tilanga adalah objek wisata pemandian yang didalamnya ada ikan-ikan dan belut karena airnya yang jernih makanya airnya di pakai oleh PAM untuk penduduk makale dan sekitarnya dan ini menandakan ketenangan tempat ini.
13.  Pemandian air panas Makula’adalah sebuah tempat pemandian  umum yang airnya  benar benar panas yang  berasal dari sumber mata air panas yang ditampung dalam kolam.
Itulah beberapa objek wisata yang dapat dinikmati di toraja.
        Sekarang yang saya akan bagikan yaitu tentang keadaan orang toraja. Pada masyarakat toraja, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, oleh sebab itu makanan utama orang toraja adalah nasi. Kali saya akan menceritakan tentang makanan khas dari toraja.
     Makanan pokok orang toraja pada zaman dahulu adalah hasil kebun, namun sudah jarang orang toraja yang berkebun, dan mereka lebih memilih bertani. Makanan yang menjadi khas dari toraja adalah sebagai berikut:
1.    Pa'piong
Makanan ini biasanya terbuat dari daging babi, ayam, ikan dan beras cara masaknya tinggal masukkan daging yang telah dibumbui kedalam bambu kemudian dibakar.
-  Untuk Pa'piong (Babi) Makanan ini adalah makanan terbuat dari babi yang dicampur dengan sedikit rempah-rempah bersama dengan lombok katokkon(cabe asli Toraja). dan uniknya di masak dengan menggunakan bambu dan yang kemudian di panggang.
-  Sedangkan untuk Pa’piong manuk (ayam), Makanan ini adalah makanan yang terbuat dari ayam yang juga dicampur dengan rempah-rempah.Proses pembuatannya sama dengan pa’piong babi, juga di masak dalam bambu, yang kemudian di panggang.
2.    Pantollo’pamarasan
      Pantollo’ pamarasan merupakan masakan khas Toraja yang terbuat dari daging babi yang diolah dengan pamarasan (rawon) yang dicampur dengan sedimikian rupa menggunakan rempah-rempah khas Toraja.Makanan ini biasanya disajikan dalam acara-acara adat masyarakat Toraja.Selain dimasak dengan menggunakan daging babi, Tollo’pamarasan juga bisa diolah juga dengan belut dan ikan.
3.    Deppa Tori'
Makanan ini merupakan kue khas Tana Toraja selain bentuknya yang unik, rasanya juga tidak kalah dengan Kue dari Kuliner lainnya. Bahan utamanya tidak jauh dari beras, yaitu tepung beras, gula merah dan dibubuhi wijen diatasnya.
4.    Terakhir adalah kopi toraja yang sudah terkenal sampai luar negeri.
 Sekian yang saya sampaikan tentang budaya Toraja, semoga bermanfaat tulisan saya ini. Terima kasih.
                                        KURRE SUMANGA’
                     

Jumat, 12 September 2014

manusia dan nilai kemanusiaan



MANUSIA DAN NILAI NILAI KEMANUSIAAN
PENGERTIAN MANUSIA
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain, selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
HAKIKAT MANUSIA
Hakikat manusia adalah sebagai berikut ;
a.       individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intlektual.
b.      yang mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
c.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.

Pengertian Nilai Dan Kemanusiaan
Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sedangkan kemanusiaan adalah sifat-sifat mendasar yang dimiliki oleh manusia yang berhubungan dengan harkat dan martabat seseorang serta dapat membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan suatu hal yang dapat memanusiakan manusia.Manusia diibaratkan sebagai mesin hasrat ,yang terus menerus memproduksi hasrat secara terus menerus.
Ada 3 kajian dalam realitas perkembangan pengetahuan manusia yaitu:
1.      Tuhan
2.      Alam semesta
3.      Manusia
Ada sebuah kerangka teori yang berupaya untuk menjelaskan konsep manusia. Aliran psikoanalisa menganggap bahwa manusia itu dalam kesadarannya sebenarnya dia dibangun dalam ketidaksadaran, jadi perilaku kita lebih banyak yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar seperti hasrat, libido, dan seksualitas.
Manusia itu harus memiliki pondasi/perspektif yang sama dan searah. Manusia itu juga memiliki jiwa dan menurut Aristoteles ada 3 jenis jiwa yaitu:
1.      Jiwa vegetatif : tumbuh dan berkembang
2.      Jiwa sensorik :jiwa yang  bergerak
3.      Jiwa rasional : kemampuan nalar dan berpikir
Dalam bukunya Murthada Muttadir manusia sempurna dilihat dari 3 dimensi yaitu:
1.      An – nas : mampu bersosialisasi
2.      Al – insan : memiliki intelektual dan spiritual
3.      Al – bahsar : memiliki fisik / jasmani.
Inti dari materi ini adalah bagaimana kita paham tentang konsep manusia dan k.riteria kemanusiaan.
Pendidikan Karakter
Pendidikan yaitu proses penanaman ilmu baik formal maupun nonformal, sedangkan karakter merupakan perilaku dan kepribadian seseorang.
Seorang ahli  mengatakan bahwa karakter itu merupakan kumpulan sifat-sifat baik yang menjadi perilaku sebagai wujud peran, fungsi, dan tanggung jawab seseorang. Perilaku baik itu dikatakan karakter sedangkan perilaku buruk dikatakan tabiat.
Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1.      Koleris : pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2.      Sanguinis : pribadi yang suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan sosial dan bersenang-senang.
3.      Phlegmatis :  pribadi yang suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4.      Melankolis : pribadi yang suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Karakter dapat seseorang dapat dibentuk dan dikembangkan. Karakter bukanlah suatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi .
Ada 3 hal pokok dalam karakter yaitu:
1.egois
2.jujur
3.disiplin

Metode dalam pendidikan karakter ada 3 yaitu:
1.      Metode Pembiasaan
2.      Metode Peneladanan
3.      Metode Pemberian Pujian dan hukuman


tugas akk pelayanan kesehatan di indonesia



MAKALAH
PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA


                                                               Disusun Oleh :
                                                    TOBIANTO MANGAPAN
K11113319
PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013





Daftar isi

Daftar isi……………….……………………………………………………………………2
Kata pengantar………………………………………………………………………………3
Bab I Pendahuluan
   1.1.Latar belakang…………………………………………………………………………4
   1.2.Rumusan masalah…………………………………………………………….………..4
   1.3.Tujuan ………………………………………………………………………………....5
Bab II Pembahasan
   II.1 Pelayanan Kesehatan…………………………………………………………….6
   II.2 ……………………………………………………………..7
   II.3 Jurnal…………………………………………………………………………………...7

Bab III Penutup
   III.1.Kesimpulan……………………………………………………………………………13
   III.2.Saran…………………………………………………………………………………..13
Daftar pustaka……………………………………………………………………………… ..14














KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa juga saya berterimah kasih kepada dosen yang telah setia membimbing dan mengajarkan kami dan kepada pihak-pihak yang terlibat hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini sebagai tugas dari dosen mata kuliah Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan dan Kebijakan. Saya mengambil “Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Provinsi (SKP)” sebagai judul makalah saya.
.     Akhir kata tiada gading yang tak retak,begitu pula dengan karya tulis ini yang masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu kritik dan saran yang kontrukstif sangat kami harapkan dari semua yang telah membaca makalah ini. Semoga bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Makassar , Oktober 2013



                                                                                                                                    Penyusun



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
                                                                                                                                                            .
                   
BAB I
PENDAHULUAN
      1.1  Latar Belakang Masalah

     Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945  (UUD 1945), Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah dan peraturan-perundangan lain yang berlakuPelaksanaan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan secara menyeluruh, terarah, merata, bermutu, terjangkau dan berkesinambungan melalui proses yang terintegrasi, didasarkan pada  Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
            Untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan, disusunlah Sistem Kesehatan Propinsi (SKP) yang akan menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan pada masing-masing provinsi di Indonesia, baik untuk masa kini maupun untuk masa mendatang. Oleh karena itu, saya membuat makalah ini untuk menambah pengetahuan Mahasiswa kesehatan mengenai SKN maupun SKP.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka masalah yang ada adalah:
·         Apa pengertian SKN?
·         Apa tujuan SKN?
·         Apa landasan dari SKN?
·         Apa pengertian SKP?
·         Apa landasan dari SKP?
·         Bagaimana prinsip dasar SKP?
·         Apa tujuan dari SKP?
·         Bagaimana kedudukan SKP?
·         Apa saja yang termasuk dalam subsistem SKP?


1.3  Tujuan
Tujuan penulisan :
·         mengetahui apa itu SKN
·         mengetahui tujuan dari SKN
·         mengetahui landasan pembuatan SKN
·         mengetahui apa itu SKP
·         mengetahui landasan pembuatan SKP
·         mengetahui tujuan dari SKP
·         mengatahui kedudukan SKP
·         mengetahui apa saja yang termasuk dalam subsistem SKP





















BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
            a. Pengertian SKN
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback, impact dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1.      cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata;
2.      pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
3.      kebijakan pembangunan kesehatan;
4.      kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.

b. Tujuan SKN
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku maupun antar subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

            c. Landasan SKN
                        Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
1.     Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2.     Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat           (3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),
3.     Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

II.2 Sistem Kesehatan Provinsi (SKP)
            a. Pengertian SKP
SKP adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan swasta yang terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
SKP menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM Kesehatan, sumber daya obat, perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah.
           

b. Landasan SKP
      SKP merupakan bagian dari pembangunan nasional, dengan demikian landasan SKP adalah sama dengan landasan pembangunan nasional. Secara  lebih spesifik, landasan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Landasan idiil yaitu Pancasila
2.      Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945
a.       Pasal 28 A ; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b.      Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
c.       Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
d.      Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal , dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan  dan ayat ( 3 ); setiap  orang  berhak atas jaminan sosial yang memungkinan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e.       Pasal 34 ayat ( 2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak .
3.      Landasan operasional :
a.       Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b.      Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
c.       Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2005 tentang Praktik Kedokteran Dokter dan Dokter Gigi
d.      Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2000 tentang Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
e.       Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2002 tentang Rumah Sakit Propinsi
f.       Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik




c. Prinsip Dasar SKP
Prinsip dasar SKP adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bersumber pada falsafah dan budaya bangsa Indonesia, yang digunakan sebagai acuan berpikir dan bertindak dalam penyelenggaraan SKP. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi :
1.      Perikemanusiaan
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2.      Hak Asasi Manusia
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3.      Adil  dan Merata
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis maupun ekonomis.
4.      Pemberdayaan  dan Kemandirian  Masyarakat
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian  masyarakat.  Setiap  orang  dan masyarakat bersama dengan
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri, kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, dan gotong royong.


5.      Kemitraan
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta kerja sama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan diwujudkan dalam suatu jaringan yang berhasil guna dan berdaya  guna agar diperoleh sinergi yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang se tinggi - tingginya.
6.      Pengutamaan dan Manfaat
            Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara berhasil guna dan berdaya guna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.
7.      Tata Kepemerintahan yang Baik
      Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, transparan, rasional, profesional, serta bertanggung jawab.
           
            d. Tujuan SKP
Tujuan SKP adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi,  baik  masyarakat,  swasta   maupun   pemerintah   secara   sinergis, berhasil guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang   setinggi-tingginya.
           


e. Kedudukan SKP
1.      Sistem Kesehatan Propinsi (SKP) merupakan infrasistem dari SKN, bersama dengan berbagai sistem lain yang ada di Jawa Timur, diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
2.      SKP merupakan acuan Sistem  Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK).  SKK perlu dikembangkan untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam kaitan ini kedudukan SKP merupakan suprasistem dari SKK.
           




f. Subsistem SKP

Subsistem pertama SKP adalah upaya kesehatan yang terdiri dari  berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi yang ada untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut memerlukan dukungan dana, SDM , sumber daya obat, dan perbekalan kesehatan.
Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKP. Mengingat kompleksnya pembiayaan kesehatan, pembiayaan kesehatan merupakan subsistem kedua SKP.
Sebagai upaya pelaksana kesehatan diperlukan sumber daya manusia yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu SDM Kesehatan juga sangat penting dalam meningkatkan kinerja SKP dan merupakan subsistem ketiga SKP.
Sumber daya kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja SKP adalah sumber daya obat dan perbekalan kesehatan. Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena menyangkut aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan, dan keterjangkauan bagi konsumen kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan kesehatan merupakan subsistem ke empat SKP.
Selanjutnya, SKP akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata–mata sebagai objek pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat   menjadi sangat penting agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai perilaku pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan itu, pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem kelima SKP.
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.  Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan subsistem ke enam SKP.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa SKP terdiri atas enam subsistem, yakni :
1.      Subsistem Upaya Kesehatan
2.      Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3.      Subsistem Sumber Daya Manusia  Kesehatan
4.      Subsistem Obat dan  Perbekalan Kesehatan
5.      Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6.      Subsistem Manajemen Kesehatan .






























BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
            Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
SKP adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan swasta yang terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem kesehatan Propinsi (SKP) digunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

III.2 SARAN
·         Perlu adanya peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS) baik antar pelaku maupun subsistem SKN agar tercapainya tujuan SKN itu sendiri.
·         Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta perlu ditingkatkan agar derajat kesehatan masyarakat semakin tinggi.









DAFTAR PUSTAKA
·         Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice, 4/E. (Terj. Yasmin Asih, et al)
·         Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat 2010.
·          http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html  (13 .Mei 2008)
·